Adi Juardi

Tema : Unida di Hatiku             Semayam dupa rupa dalam hening benak, menjadi pagi sejuk untuk menyongsong masa depan yang lebih cerah. Semangat hidup yang tak ada hentinya menjadikan pucuk bunga sangat ingin menjadi bunga indah yang menawan, bak curahan Rahmat Allah SWT dalam rintikan serbuan prajurit langit saat sang raja siang mengintip dari balik bukit barisan.             Di mana kaki terasa berat melangkah, naruni pun bimbang untuk menentukan apa yang harus dilakukan saat ini. Sebab-Akibat/Keputusan-Risiko pasti selalu ada pada setiap individu yang masih memiliki urat nadi. Namun apalah daya manusia, pasti harus memilih untuk “mengejar dunianya seakan-akan hidup abadi dan mengejar akhiratnya seakan-akan mati besok.” Bergabung dengan Universitas Djuanda Bogor adalah suatu kebanggaan yang sangat luar biasa, sebuah apresiasi untuk lahir dan batin. “Berpijak dalam iman, berjalan dengan ilmu dan meninggalkan dunia dengan al`amru biil-ma'ruf wannahyu'anil-mun

Huwannuru yahdilha... Irina diya uhu... Wafil hasrijil lulmur... Salina liwa uhu... Talaqqo minal ghaibi... Mujarodi hikmatan... Biha amtorot filkho... Fikoini sama uhu... Duhai nabi muhammad... Nabi pemimpin umat... Ku mengharap syafaat... Dengan baca sholawat... Engkaulah penyelamat... Untuk semua umat... Yang gemar bersholawat... Pada nabi muhammad... Hadis nabi muhammad... Untuk seluruh umat... Perbanyak bersholawat... Agar mendapat rahmat... Berkah nabi muhammad... Marilah bersholawat... Agar kita selamat... Di dunia dan akhirat... Ya Allah tuhan kami... Pencipta alam ini... Kabulkan doa kami... Yang berkumpul disini... Berkah imam bushiri... Pengarang burdah ini... Kasihanilah kami... Yang cinta pada nabi... Ya Allah curahkanlah... Sholawat serta salam... Untuk baginda alam... Pemegang panji islam... Ya Allah ampunilah... Dosa kami semua... Jamaah majelis burdah... Di miftahussalamah... *Semoga bermanfaat

KISAH NYATA! Ada seorang pemuda arab yang baru saja menyelesaikan bangku kuliahnya di Amerika. Pemuda ini adalah salah seorang yang diberi nikmat oleh Allah berupa pendidikan agama Islam bahkan ia mampu mendalaminya. Selain belajar, ia juga seorang juru dakwah Islam. Ketika berada di Amerika, ia berkenalan dengan salah seorang Nasrani. Hubungan mereka semakin akrab, dengan harapan semoga Allah SWT memberinya hidayah masuk Islam. Pada suatu hari mereka berdua berjalan-jalan di sebuah perkampungan di Amerika dan melintas di dekat sebuah gereja yang terdapat di kampung tersebut. Temannya itu meminta agar ia turut masuk ke dalam gereja. Mula mula ia keberatan, namun karena desakan akhirnya pemuda itu pun memenuhi permintaannya lalu ikut masuk ke dalam gereja dan duduk di salah satu bangku dengan hening, sebagaimana kebiasaan mereka. Ketika pendeta masuk, mereka serentak berdiri untuk memberikan penghormatan lantas kembali duduk. Di saat itu, si pendeta agak terbeliak ketika me